Sabtu, 01 Oktober 2016

JURNAL



ABSTRAK
SITTI NUR WAHIDAH BASIR, “Faktor Yang Mempengaruhi Kejadian Inersia Uteri Terhadap Persalinan Di Puskesmas Mamajang Makassar”

Inersia uteri adalah salah satu kelainan tenaga (kelainan his) karena memanjangnya fase laten atau fase aktif atau kedua-duanya dari kala pembukaan. Inersia uteri pada ibu bersalin dapat disebabkan oleh beberapa factor antara lain faktor umum seperti umur, paritas, anemia, ketidaktepatan penggunaan analgetik, pengaruh hormonal karena kekurangan prostaglandin atau oksitosin, perasaan tegang dan emosional. Jenis penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah observasional dengan pendekatan cross sectional study. Populasi penelitian ini seluruh ibu yang bersalin di Puskesmas Mamajang Makassar Periode April-Mei sebanyak 64 orang dengan teknik Pirposive Sampling. Hasil penelitian yang di dapatkan pada analisis data Chi-square diperoleh nilai ρ = 0,000 < α = 0,05, ini berarti hipotesis nol (Ho) ditolak dan Ha diterima, yang menandakan bahwa terdapat hubungan antara umur dengan kejadian inersia uteri. hasil penelitian yang didapatkan yaitu pada analisis data Chi-square diperoleh nilai ρ = 0,002 < α = 0,05, ini berarti hipotesis nol (Ho) ditolak dan Ha diterima, yang menandakan bahwa terdapat hubungan antara paritas dengan kejadia inersia uteri. hasil penelitian yang di dapatkan di puskesmas mamajang pada analisis data Chi-square diperoleh nilai ρ = 0,003 < α = 0,05, ini berarti hipotesis nol (Ho) ditolak dan Ha diterima, yang menandakan bahwa terdapat hubungan antara anemia dengan kejadian inersia uteri.

Kata Kunci                  : Umur, Paritas, Anemia dan Inersia Uteri
Daftar Pustaka             : 25 literatur (2010-2015)

PENDAHULUAN

Persalinan merupakan suatu proses fisiologis saat janin dan produk hasil konsepsi dikeluarkan sebagai akibat kontraksi uterus yang teratur, progresif, sering dan kuat. Kontraksi uterus yang terjadi menimbulkan sakit, nyeri di sekitar perut makin mendekati kelahiran. Nyeri tersebut membuat ketidaknyamanan pada ibu (Walyani, 2015).
Masalah dalam persalinan salah satunya disebabkan karena his lemah atau  inersia uteri. Inersia uteri adalah kelainan his/his yang tidak normal yang sifatnya menyebabkan rintangan pada jalan lahir, dan tidak dapat diatasi sehingga menyebabkan persalinan macet. Faktor yang mempengaruhi his lemah atau inersia uteri adalah Power atau tenaga, Passage atau panggul, Passager  Fetus (Asri Hidayat, 2010).
Menurut World Health Organization (WHO) tahun 2010, sebanyak 536.000 perempuan meninggal akibat persalinan. Sebanyak 99% kematian ibu akibat masalah persalinan atau kelahiran terjadi di negara-negara berkembang merupakan tertinggi dengan 450/100.000 kelahiran hidup jika dibandingkan dengan resiko kematian ibu di 9 negara maju dan 51 negara persemakmuran. Menurut WHO angka Kematian Ibu (AKI) di tahun 2011, 81% diakibatkan karena komplikasi selama kehamilan, persalinan dan nifas. Bahkan sebagian besar dari kematian ibu disebabkan karena perdarahan, infeksi dan preeklamsia (Midwifecare, 2014).
Menurut SDKI 2007 53% ibu tidak mengalami komplikasi selama persalinan, persalinan lama sebesar 37%, perdarahan berlebihan sebesar 9%, komplikasi kejang 2% dan KPD lebih dari 6 jam 17%. Faktor-faktor penyebab terjadinya persalinan lama salah satunya adalah kelainan his (inersia uteri) (Infodatin, 2014).
Angka kematian berdasarkan hasul Survey Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) 2012 mengalami penurunan meski tak jauh berbeda dengan hasil SDKI 2007 yaitu masing-masing 32 dan 34 kematian per 1000 kelahiran hidup. Berdasarkan SDKI 2012, rata-rata Angka Kematian Ibu (AKI) tercatat mencapai 359/100.000 kelahiran hidup. Rata-rata kematian ini jauh melonjak dibanding hasil SDKI 2007 yang mencapai 228/100.000 kelahiran hidup. Dalam hal ini, fakta lonjaknya kematian ini tentu sangat memalukan pemerintahan yang sebelumnya bertekad akan menurunkan AKI hingga 108/100.000 kelahiran hidup pada 2015 sesuai dengan target MDGs (Sindonews, 2013).
Angka Kematian Ibu (AKI) yang tercatat di Provinsi Sulawesi Selatan pada tahun 2011 mencapai 116 orang atau 78,88/100.000 kelahiran hidup terdiri dari kematian ibu hamil sebanyak 34 orang (29,31%), ibu bersalin 48 orang (41,37%) dan ibu nifas 34 orang (29,31%) sedangkan pada tahun 2012 Angka Kematian Ibu mengalami peningkatan signifikan yaitu dilaporkan menjadi 160 orang atau 110,26/100.000 kelahiran hidup terdiri dari kematian ibu 45 orang (28,1%), kematian ibu bersalin 60 orang (40%) diantara inersia uteri sebanyak 15 orang (24%), dan kematian ibu nifas 55 orang (30%) (Dinkes Prov. Sulawesi Selatan, 2013).
Data yang di peroleh dari rekam medik Puskesmas Majamang 3 Tahun terakhir yaitu pada tahun 2013 jumlah persalinan sebanyak 632 orang dan yang mengalami inersia uteri sebanyak 30 orang (4,7%), sedangkan pada tahun 2014 jumlah persalinan sebanyak 649 orang dan yang mengalami inersia uteri sebanyak 32 orang (4,9%) dan pada tahun 2015 jumlah persalinan sebanyak 886 orang dan yang mengalami inersia uteri sebanyak 51 orang (5,7%) (Rekam Medik Puskemas Mamajang Makassar, 2015).

Sehingga dari data yang diperoleh diatas maka penulis tertarik untuk meneliti tentang Faktor yang mempengaruhi kejadian inersia uteri terhadap persalinan di Puskesmas Mamajang Makassar Tahun 2016.

KAJIAN PUSTAKA
1.      Pengertian
Distosia kelainan tenaga/his adalah his tidak normal dalam kekuatan/sifatnya menyebabkan rintangan pada jalan lahir, dan tidak dapat diatasi sehingga menyebabkan persalinan macet (Ambarwati, 2010).
Dalam persalinan diperlukan his normal mempunyai sifat yang normal :
1)   Tonus otot rahim diluar his tidak seberapa tinggi, lalu meningkat pada waktu his.
2)   Kontraksi otot rahim dimulai pada salah satu tanduk rahim sebelah kanan atau kiri lalu menjalar keseluruh otot rahim.
3)   Fundus uteri berkontraksi lebih dulu (fundal dominan), lebih lama dari bagian-bagian lain, bagian tengah berkontraksi agak lambat, lebih singkat dan tidak sekuat kontraksi fundus uteri bagian bawah (segemen bawah rahim) dan serviks tetap pasif.
4)   Sifat his dilihat dari lamanya, kuatnya, keteraturannya, seringnya dan relaksasinya serta sakitnya. His persalinan yang normal ditandai denganfundal dominan, simetris, makin lama, makin kuat, makin sering dan relaksasi baik. Bila salah satu tanda tersebut tidak dijumpai atau tidak sesuai, keadaan ini disebut gangguan atau kelainan his.
2.      Jenis-jenis kelainan his:
a)      Inersia uteri primer
Inersia uteri primer adalah apabila sejak awal kekuatannya sudah lemah dan persalinan berlangsung lama dan terjadi pada kala I fase laten.
Selama ketuban masih utuh umumnya tidak banyak bahaya, baik bagi ibu maupun bagi janin, kecuali bila persalinan terlalu lama, maka mordibitas dan mortalitas ibu dan janin akan meningkat. Ini
b)      Inersia uteri sekunder
Inersia uteri sekunder apabila timbul setelah berlangsung his kuat untuk waktu yang lama dan terjadi pada kala I fase aktif. His pernah cukup kuat tetapi kemudian melemah. Dapat ditegakkan dengan melakukan evaluasi pada pembukaan. Pada bagian terendah terdapat kaput, dan mungkin ketuban telah pecah.
Dewasa ini persalinan tidak dibiarkan berlangsung sedemikian lama sehingga dapat menimbulkan kelelahan otot uterus, maka inersia uteri sekunder ini jarang ditemukan. Kecuali pada wanita yang tidak diberi pengawasan baik waktu persalinan.

Faktor yang Mempengaruhi Kejadian Inersia Uteri
a.    Umur
Usia seorang perempuan dapat mempengaruhi emosi selama kehamilannya. Usia antara 20-30 tahun merupakan periode yang paling aman untuk melahirkan. Sebab pada usia tersebut fungsi alat reproduksi dalam keadaan optimal. Sedangkan pada umur kurang dari 20 tahun kondisi masih dalam pertumbuhan, sehingga masukan makanan banyak dipakai untuk ibu yang mengakibatkan gangguan pertumbuhan janin.
b.    Paritas
Paritas adalah banyaknya kelahiran hidup yang dipunyai oleh seorang wanita (BKKBN, 2011). Menurut Prawirohardjo, paritas dapat dibedakan menjadi primipara, multipara dan grandemultipara (Prawirohardjo, 2011).
c.    Anemia
Anemia merupakan suatu keadaan berkurangnya kadar hemoglobin (Hb) dalam peredaran darah. Hemoglobin berfungsi sebagai penghantar oksigen ke seluruh sel-sel tubuh. Pada ibu anemia, terdapat gangguan hantaran oksigen karena kurangnya hemoglobin sebagai penghantar oksigen ke seluruh tubuh.

Hipotesis Penelitian
a.       Ho       = Tidak ada hubungan antara umur, paritas dan anemia dengan kejadian inersia uteri.
b.      Ha        = ada hubungan antara umur, paritas dan anemia dengan kejadian inersia uteri.
Definisi operasional dan Karakteristik Objektif.
1.    Inersia Uteri
Inersia uteri merupakan keadaan dimana his bersifat biasa dalam arti bahwa fundus berkontraksi lebih kuat dan lebih dahulu dari pada bagian-bagian lain, dan peranan fundus tetap menonjol.
Kriteria Objektif:
Ya     : apabila kontraksi uterus ibu lemah, baik yang mengalami inersia uteri primer maupun sekunder
Tidak : apabila kontraksi uterus ibu tidak lemah.
2.    Umur Ibu
Usia seorang perempuan dapat mempengaruhi emosi selama kehamilannya. Usia antara 20-30 tahun merupakan periode yang paling aman untuk melahirkan. Sebab pada usia tersebut fungsi alat reproduksi dalam keadaan optimal. Sedangkan pada umur kurang dari 20 tahun kondisi masih dalam pertumbuhan, sehingga masukan makanan banyak dipakai untuk ibu yang mengakibatkan gangguan pertumbuhan janin.
Kriteria Objektif :
Resiko Rendah        : jika umur responden 20-30 tahun 
Resiko Tinggi          : jika umur responden <20 dan >30 tahun
3.    Paritas
Paritas merupakan dasar bagi ibu hamil dalam mengatur jarak kehamilan selanjutnya sehingga ibu bisa terhindar dari kejadian his lemah atau disebut dengan inersia uteri.
Kriteria Objektif :
Resiko Rendah        : Jika respon dengan paritas 1 dan 2
Resiko Tinggi  : Jika respon dengan paritas >3
4.    Anemia
Anemia merupakan suatu keadaan berkurangnya kadar hemoglobin (Hb) dalam peredaran darah. Hemoglobin berfungsi sebagai penghantar oksigen ke seluruh sel-sel tubuh. Pada ibu anemia, terdapat gangguan hantaran oksigenkarena kurangnya hemoglobin sebagai penghantaroksigen ke seluruh tubuh.
Kriteria Objektif :
Resiko Rendah        : apabila kadar Hb ≥11gr %
Resiko Tinggi          : apabila kadar Hb <11gr %

METODE PENELITIAN
Jenis Penelitian.
Jenis penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah observasional dengan pendekatan cross sectional study. Penelitian ini merupakan suatu penelitian untuk mempelajari dinamika korelasi antara factor resiko dengan efek, dengan cara pendekatan, observasi atau pengumpulan data sekaligus pada suatu saat.

Lokasi dan Waktu Penelitian.
Penelitian ini akan dilaksanakan di Puskesmas Mamajang Makassar. Waktu penelitian sejak menyusun proposal sampai hasil penelitian adalah bulan AprilMei 2016.

Populasi dan Sampel
a.       Populasi
Populasi dalam penelitian ini seluruh ibu yang bersalin di Puskesmas Mamajang Makassar Periode Januari - Mei 2016 sebanyak 510 orang ibu.
b.      Sampel
Sampel dalam penelitian selama periode April – Mei 2016 sebanyak 64 ibu.
c.       Teknik pengambilan sampel
Teknik Purposive Sampling yaitu teknik pengambilan sampel berdasarkan penilaian.


HASIL PENELITIAN
1.      Analisis Univariat
a.       Distribusi frekuensi umur.


Tabel 4.1
Distribusi Frekuensi Umur Terhadap Kejadian Inersia Uteri
Terhadap Persalinan Di Puskesmas Mamajang
Tahun 2016
Umur ibu
F
%
Resiko Rendah
50
78,1
Resiko Tinggi
14
21,9
Jumlah
64
100
Sumber:  Data Sekunder 2016

Tabel 4.1 menunjukkan bahwa dari 64 responden terdapat 14 (21,9%) ibu yang berumur dibawah 20 dan diatas 30 tahun serta 50 (78,1%) ibu yang memiliki umur 20 sampai 30 tahun.

b.    Distribusi Frekuensi Paritas
Tabel 4.2
Distribusi Frekuensi Paritas Terhadap Kejadian Inersia Uteri
Terhadap Persalinan Di Puskesmas Mamajang
Tahun 2016
Paritas
F
%
Resiko Rendah
22
34,4
Resiko Tinggi
42
65,6
Jumlah
64
100
Sumber : Data Sekunder 2016

Tabel 4.2 menunjukkan bahwa dari 64 responden terdapat 22 (34,4%) ibu yang memiliki paritas 1 dan 2 ada 42 (65,6%) ibu  yang memiliki paritas diatas 3.


c.    Distribusi Frekuensi Anemia
Tabel 4.3
Distribusi Frekuensi Anemia Terhadap Kejadian Inersia Uteri
Terhadap Persalinan Di Puskesmas Mamajang
Tahun 2016
Anemia
F
%
Resiko Tinggi
36
56,3
Resiko Rendah
28
43,8
Jumlah
64
100
Sumber : Data Sekunder 2016

Tabel 4.3 menunjukkan bahwa dari 64 responden terdapat 36 (56,3%) ibu yang memiliki kadar Hb <11 gr % yang berarti ibu mengalami anemia dan ada 28 (43,8%) ibu yang yang memiliki yang memiliki kadar Hemoglobin ≥11 gr % yang berarti ibu tidak mengalami anemia.

2.      Analisis Bivariat
a.       Hubungan Umur dengan Kejadian Inersia Uteri
Tabel 4.4
Hubungan Umur dengan Kejadian Inersia Uteri Terhadap
Persalinan Di Puskesmas Mamajang
Tahun 2016
Umur
Inersia Uteri
Jumlah
ρ value
Ya
Tidak
f
%
F
%
f
%

Resiko Rendah
21

42,0
29

58,0

50

100,0

0,000
Resiko Tinggi
14

100,0

0

0,0

14
100,0

Jumlah
35

54,7
29
45,3
64
100,0
Sumber : Data Sekunder 2016

Tabel 4.4 menunjukkan bahwa dari 50 responden yang umurnya memiliki resiko rendah tidak mengalami inersia uteri terdapat 29 (58,0%) dan yang yang memiliki resiko rendah mengalami inersia uteri terdapat 21 (42,0%) sedangkan terdapat 14 (100,0%) yang umurnya memiliki resiko tinggi mengalami inersia uteri dan 0 (0,0%) yang umurnya tidak mengalami inersia uteri. Sehingga pada analisis data Chi-square diperoleh nilai ρ = 0,000 < α = 0,05, ini berarti hipotesis nol (Ho) ditolak dan Ha diterima, yang menandakan bahwa terdapat hubungan antara umur dengan kejadian inersia uteri.

a.    Hubungan Paritas dengan Kejadian Inersia Uteri
Tabel 4.5
Hubungan Paritas dengan Kejadian Inersia Uteri Terhadap
Persalinan Di Puskesmas Mamajang
Tahun 2016
Paritas
Inersia Uteri
Jumlah
ρ value
Ya
Tidak
f
%
f
%
f
%

Resiko Rendah
21

42,9
28

57,1

49

100,0

0,002
Resiko Tinggi
14
93,3

1

6,7

15

100,0

Jumlah
35

54,7
29
45,3
64
100,0

     Sumber : Data Sekunder 2016


Tabel 4.5 menunjukkan bahwa terdapat  49 responden yang memiliki paritas resiko rendah yang tidak mengalami inersia uteri sebanyak 28 (57,1%) dan terdapat responden yang memiliki paritas dengan resiko rendah yang tidak mengalami inersia uteri sebanyak 21 (42,9%) sedangkan terdapat 15 responden yang memiliki paritas dengan resiko tinggi yang mengalami inersia uteri sebanyak 14 (93,3%). Sehingga pada analisis data Chi-square diperoleh nilai ρ = 0,002 < α = 0,05, ini berarti hipotesis nol (Ho) ditolak dan Ha diterima, yang menandakan bahwa terdapat hubungan antara paritas dengan kejadia inersia uteri.


b.    Hubungan Anemia dengan Kejadian Inersia Uteri
Tabel 4.6
Hubungan Anemia dengan Kejadian Inersia Uteri Terhadap
Persalinan Di Puskesmas Mamajang
Tahun 2016
Anemia
 Inersia Uteri
Jumlah
ρ value
Ya
Tidak
F
%
F
%
f
%

Anemia
22

44,0
28

56,0

50

100,0

0,003
Tidak Anemia
13

92,9

1

7,1

14

100,0

Jumlah
35

54,7
29
45,3
64
100,0

     Sumber  : Data Sekunder 2016

Tabel 4.6 menunjukkan bahwa terdapat 50 responden yang anemia yang tidak mengalami inersia uteri terdapat 28 (56,0%) dan terdapat 22 (44,0%) yang mengalami anemia mengalami inersia uteri sedangkan terdapat 14 responden yang tidak anemia dan tidak mengalami inersia uteri sebanyak 1 (7,1%) serta 13 (92,9%) yang tidak anemia tetapi mengalami inersia uteri. Sehingga pada analisis data Chi-square diperoleh nilai ρ = 0,003 < α = 0,05, ini berarti hipotesis nol (Ho) ditolak dan Ha diterima, yang menandakan bahwa terdapat hubungan antara anemia dengan kejadian inersia uteri.



PEMBAHASAN
1.    Umur Ibu
Umur ibu adalah usia yang secara garis besar menjadi indicator dalam kedewasaan dalam setiap pengambilan keputusam yang mengacu pada setiap pengalamannya (Anasari, 2011).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 50 responden yang umurnya memiliki resiko rendah tidak mengalami inersia uteri terdapat 29 orang (58,0%) dan yang umurnya memiliki resiko rendah mengalami inersia uteri terdapat 21 orang (42,0%) sedangkan dari 14 responden yang umurnya memiliki resiko tinggi mengalami inersia uteri sebanyak 14 orang (100,0%) dan yang umurnya memiliki resiko tinggi tidak mengalami inersia uteri sebanyak 0 (0,0%).
Berdasarkan hasil analisis data Chi-square diperoleh nilai ρ = 0,000 < α = 0,05, ini berarti hipotesis nol (Ho) ditolak dan Ha diterima, yang menandakan bahwa terdapat hubungan antara umur dengan kejadian inersia uteri.
Hasil penelitian ini sejalan dengan yang dilakukan oleh Hamimatus Zainiyah (2011) di RSUD Syarifah Ambami Rato Ebu Bangkalan, menunjukkan bahwa terdapat 59 ibu bersalin dengan umur di bawah 20 tahun mengalami inersia uteri (69.5%).
Dari hasil penelitian diatas menunjukkan bahwa hasil penelitian yang dilakukan sejalan dengan teori dimana teori mengatakan bahwa Usia seorang perempuan dapat mempengaruhi emosi selama kehamilannya. Usia antara 20-35 tahun merupakan periode yang paling aman untuk melahirkan. Sebab pada usia tersebut fungsi alat reproduksi dalam keadaan optimal. Sedangkan pada umur kurang dari 20 tahun kondisi masih dalam pertumbuhan, sehingga masukan makanan banyak dipakai untuk ibu yang mengakibatkan gangguan pertumbuhan janin (Ambarwati, 2010).
2.    Paritas ibu
Paritas adalah banyaknya kelahiran hidup yang dipunyai oleh seorang wanita. Paritas dapat dibedakan menjadi primipara, multipara dan grandemultipara (Prawirohardjo, 2011)..
Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 49 responden yang memiliki paritas resiko rendah yang tidak mengalami inersia uteri sebanyak 28 orang (57,1%) dan yang memiliki paritas dengan resiko rendah yang tidak mengalami inersia uteri sebanyak 21 orang (42,9%) sedangkan dari 15 responden yang memiliki paritas dengan resiko tinggi yang mengalami inersia uteri sebanyak 14 orang (93,3%) dan yang memiliki paritas tinggi yang tidak mengalami inersia uteri terdapat 1 orang (6,7%).
Berdasarkan hasil penelitian analisis data Chi-square diperoleh nilai ρ = 0,002 < α = 0,05, ini berarti hipotesis nol (Ho) ditolak dan Ha diterima, yang menandakan bahwa terdapat hubungan antara paritas dengan kejadia inersia uteri.
Hasil penelitian ini sejalan dengan yang dilakukan oleh  Tri Anasari (2011) di RSUD PROF. dr. Margono Soekarjo Purwakerto menunjukkan bahwa paritas ibu bersalin sebagian besar pada kategori tidak beresiko sebanyak 134 orang (89,3%), anemia pada ibu bersalin sebagian besar pada kategori normal sebanyak 89 orang (59,3%).
Dari hasil penelitian diatas menunjukkan bahwa hasil penelitian yang kami lakukan sejalan dengan teori dimana Faktor penyebab inersia uteri diantaranya faktor umum seperti umur, paritas, anemia, ketidaktepatan penggunaan analgetik, pengaruh hormonal karena kekurangan prostaglandin atau oksitosin, perasaan tegang dan emosional. Faktor local seperti overdistensi uterus, hidramnion, malpresentasi, malposisi, dan disproporsi cephalopelvik, mioma uteri. Persalinan lama berkenaan juga dengan paritas yang dialami oleh ibu bersalin. Multi para dan grandemultipara sering didapatkan perut gantung, perut gantung dapat mengakibatkan terjadinya gangguan his. Semakin sering ibu hamil dan melahirkan, semakin dekat jarak kehamilan dan kelahiran, elastisitas uterus semakin terganggu, akibatnya uterus tidak berkontraksi secara sempurna dan mengakibatkan kelainan his (Anasari, 2011).
3.    Anemia
Anemia merupakan suatu keadaan berkurangnya kadar hemoglobin (Hb) dalam peredaran darah. Hemoglobin berfungsi sebagai penghantar oksigen ke seluruh sel-sel tubuh.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa dari 50 responden yang anemia resiko tinggi tidak mengalami inersia uteri terdapat 28 orang (56,0%) dan terdapat 22 orang (44,0%) yang mengalami anemia resiko rendah mengalami inersia uteri sedangkan dari 14 responden yang tidak anemia atau resiko rendah tidak mengalami inersia uteri sebanyak 1 (7,1%) dan yang tidak anemia resiko rendah tetapi mengalami inersia uteri sebanyak 13 orang (92,9%).
Berdasarkan hasil analisis data Chi-square diperoleh nilai ρ = 0,003 < α = 0,05, ini berarti hipotesis nol (Ho) ditolak dan Ha diterima, yang menandakan bahwa terdapat hubungan antara anemia dengan kejadian inersia uteri.
Hasil penelitian ini sejalan dengan Sari Dhyani Rahma (2013) di di RSUD Dr.Moewardi menunjukkan bahwa anemia pada ibu bersalin sebagian besar pada kategori normal (≥11 gr/dl) sebanyak 89 ibu bersalin (59,3%) dan sebagian kecil pada kategori tidak normal (<11 gr/dl) sebanyak 61 ibu bersalin (40,7%).
Dari hasil penelitian diatas menunjukkan bahwa hasil penelitian yang dilakukan sejalan dengan teori dimana teori mengatakan bahwa pada ibu anemia, terdapat gangguan hantaran oksigen karena kurangnya hemoglobin sebagai penghantar oksigen ke seluruh tubuh. Hal ini menyebabkan ibu mengalami gangguan penghantaran oksigen untuk membentuk energi pada otot-otot rahim berkontraksi dalam proses persalinan. Secara tidak langsung anemia berpengaruh dalam kekuatan his ibu dalam proses persalinan, ibu mengalami kelelahan kemudian terjadi Inersia Uteri (Dhyani Rahma Sari, 2013).

KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
1.    Ada hubungan umur dengan kejadian inersia uteri
2.    Ada hubungan paritas dengan kejadian inersia uteri
3.    Ada hubungan anemia dengan kejadian inersia uteri
Saran
1.    Disarankan ada ibu yang berusia dibawah 20 tahun dan diatas 35 tahun untuk menunda kehamilannya sehingga dapat mengurangi resiko terjadinya inersia uteri dan komplikasi lainnya.
2.    Disarankan kepada petugas kesehatan khususnya bidan di PKM Mamajang untuk lebih memberikan informasi kepada ibu tentang jarak kehamilan pertama menuju kehamilan selanjutnya.
3.    Disarankan juga kepada ibu untuk sesering mungkin mengkonsumsi makanan yang bergizi serta rutin mengkonsumsi tablet Fe untuk mencegah terjadinya anemia pada kehamilan trimester I serta mencegah terjadinya perdarahan pada saat persalinan.

DAFTAR PUSTAKA
Aih Yeyeh, 2012.    Asuhan         Persalinan      PATOLOGI.         Jakarta :   EGC.
Ayu, P.A, 2014. Aplikasi Metodologi Penelitian Kebidanan dan Kespro. Yogyakarta: Nuha Medika.
Ambarwati, 2010. Asuhan Persalinan Patologi Kebidanan. Yogyakarta: Nuha Medika.
Anonim, 2014. Klasifikasi Kompetensi Sebagai Tujuan Dalam Pendidikan Formal. (Online).(http://ilmu-pendidikan.net/pembelajaran/tujuan-pembelajaran/klasifikasi-kompetensi-sebagai-tujuan-dalam-pendidikan-formal di akses tanggal 23 Februaru 2016).

Anasari, T 2011.Jurnal Involusio Kebidanan Vol.2, No.4, Juni 2012, 22-32. Hubungan Paritas dan Anemia Dengan Kejadian Inersia Uteri Pada Ibu Bersalin Di RSUD Prof dr. Margono Soekarjo Purwakerto .

Dhyani Rahma, S 2013. Jurnal Kebidanan Vol.1, No.2, Juli 2013, 24-35. Hubungan Antara Anemia dengan Kejadian Inersia Uteri di RSUD DR. Moewardi.

Dinkes Sul-Sel Prov, 2013. Artikel, Jumlah Kematiaan Ibu, (Online), (http://jumlah-kematian-ibu.tml diakses tanggal 20 Januari 2016).

Erawati. 2011. Buku       Ajar          Askeb    Persalinan   Normal.     Jakarta: EGC.
Hidayat, A. A. (2011). Metode Penelitian Keperawatan Dan Teknik Analisis Data. Jakarta: Salemba Medika.

Mega R. P, Joserizal S, dan Efrida, 2012. Jurnal Kesehatan. Gambaran Kejadian Persalinan Disfungsional pada Pasien Anemia dalam Kehamilan di RSUP Dr. M. Djamil Periode 2010–2012.

Nugroho, T. 2010. Kasus   Emergency   Kebidanan.    Yogyakarta: Nuha  Medika.
Notoatmodjo S, 2012. Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta : PT Rineka Cipta.

Reeder, Martin, Koniak Griffin.2014. Keperawatan Maternitas Kesehatan Wanita, Bayi Dan Keluarga Vol 1 Edisi 18. Jakarta: EGC.

Rohani, 2011. Asuhan Kebidanan pada Masa Persalinan. Jakarta: Salemba Medika.

Sastroasmoro, S. 2010. Dasar- dasar Metodologi Penelitian Klinis. Jakarta:CV. Sagung Seto.
Setiawan A, Saryono, 2011. Metodologi Penelitian Kebidanan DIII, DIV, S1, dan D2. Yogyakarta: Nuha Medika.

Stang. Dr, 2015.    Statistik     Untuk     Kebidanan. Makassar:  Masagena     Press.

Sujiyatini, 2011. Asuhan Kebidanan II (Persalinan). Yogyakarta: Rahima Press.

Sulistyawati, A. 2013. Asuhan Kebidanan Pada Ibu Bersalin. Jakarta: Salemba Medika.

Sulistyaningsih. 2011. Metodologi Peneltian Kebidanan Kualitatif-Kuantitatif. Yogyakarta:  Graha Ilmu.

Suparyanto, 2010. Konsep Paritas Partus. (Online). (http://dr-suparyanto.blogspot.co.id/2010/10/konsep-paritas-partus.html diakses tanggal 23 Februari 2016).

Suparman dan Sembiring, 2010. Jurnal Kesehatan. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Paritas Primigravida Tuadengan Kejadian Inersia Uteri di RSUP Manado Tahun 2010.

Prawihardjo, 2011. Konsep Paritas Partus. (Online). (http://Prawihardjo.blogspot.co.id/2011/11/konsep-paritas-partus.html diakses tanggal 23 Februari 2016).

Walyani, 2014.    Asuhan   Kebidanan    Persalinan.     Jakarta: Nuha        Medika.

Yuli K, 2011. Jurnal Kebidanan. Faktor-faktor yang Berpengaruh Terhadap Persalinan Dengan Inersia Uteri di RS dr. Moewardi Surakarta Tahun 2011.